Selasa, 12 Mei 2009

Analisis Modal Kerja Perusahaan dan Cash Conversion Cycle

PROFIL SINGKAT PERUSAHAAN BAKRIE and BROTHER tbk (BNBR)
Bakrie & Brothers saat ini merupakan perusahaan publik dengan tiga bisnis inti yaitu sektor infrastruktur, telekomunikasi dan perkebunan. Didukung oleh sekitar 20.000 tenaga kerja, lebih dari 7000 pemegang saham, baik institusi maupun ritel, serta kapasitas pasar sekitar Rp 7.8 triliun pada akhir 2007, persero telah mengukuhkan kedudukan sebagai salah satu perusahaan terbesar di Indonesia.
Perjalanan persero dibidang bisnis ini bermula pada tahun 1942, saat Bakrie & Brothers didirikan sebagai perusahaan perdagangan umum dan keagenan. Pada akhir tahun 1959, perseroan menjadi pelopor dalam industri pipa baja di indonesia. Lebih dari tiga puluh tahun kemudian, menambah ke beberapa sektor lainnya, seperti konstruksi, perkebunan, petrokimia, perdagangan, pertambangan, panngan, komponen otomotif, produk bangunan dan telekomunikasi di indonesia maupun di luar negeri. Pada tahun 1989 Bakrie & Brothers melakukan penawaran saham perdana di bursa efek Jakarta.
Menyusul suksesnya restrukturisasi ditahun 2001, persero merombak portofolio dengan memfokuskan usaha pada tiga sektor inti: infrastruktur, telekomunikasi dan perkebunan, perseroan memiliki komitmen unuk melakukan investasi pada ketiga sektor tersebut dengan penyesuaian portofolio sesuai optimalisasi aset melalui investasi pada industri consumen driven dengan potensi pertumbuhan yang menarik, juga melalui penciptaan yang efisiensi operasi serta peningkatan utilisasi pada investasi yang bersifat project driven.
Menyongsong peluang dan tantangan di masa depan. Perseroan siap menghadapai tantangan global dengan berbekal pada human capital yang kompeten, bernilai tambah serta berkualitas tinggi. Bersama dengan seluruh sumber daya yang dimiliki, perseroan akan terus meningkatkan efisiensi serta layanan yang memenuhi standar internasional. Melangkah maju menjadi perseroan yang memberikan nilai tambah pemakai kepantingannya, memberi manfaat bagi komunitas, serta menjadi inspirasi bagi perusahaan lain.
Bakrie & Brothers selalu memilki komitmen menciptakan dan mempertahankan budaya kesempurnaan atas setiap produk yang Bakrie & Brothers selalu hasilkan, setiap layanan yang Bakrie & Brothers berikan dan setiap individu yang menjadi bagian Bakrie & Brothers. Misi Bakrie & Brothers bukan semata-mata mencari keuntungan tetapi lebih dari itu Bakrie & Brothers selalu berusaha menciptakan nilai tambah kepada setiap stakeholder Bakrie & Brothers dengan selalu memberikan layanan yang efisien dan menguntungkan Bakrie & Brothers. selalu berusaha untuk menjadi yang terdepan dalam setiap bidang usaha yang Bakrie & Brothers kelola dan setiap perusahaan yang Bakrie & Brothers kendalikan. Bagi Bakrie & Brothers menjadi yang terdepan bukan berarti kebesaran semata tetapi lebih sebagai upaya untuk mencapai tingkat pelayanan yang lebih baik lagi melalui pengguna sumber daya yang optimal.
Bakrie & Brothers menjalankan tiga bidang usaha utama yaitu infrastrktur, telekomunikasi dan perkebunan dengan standar kesempurnaan, dan membangun proses bisnis dengan budaya yang berorientasi pada kinerja. Bakrie & Brothers berusaha memberi nilai tambah kepada setiap stakeholder dengan mengoptimalkan sinergi di dalam setiap unit- unit usaha, serta menerapkan prinsip-prinsip tata kelola perusahaannya yang telah diakui di dunia internasional. Visi Bakrie & Brothers menjadi pemain terdepan yang dapat memberikan kontribusi besar dalam pembangunan di Indonesia dan bersaing ditingkat dunia melalui kompetensi yang tinggi serta berkesinambungan.

ANALISIS CCC (Cash Conversion Cycle)

Model siklus konversi kas berfokus pada rentang waktu yang terjadi ketika perusahaan melakukan pembayaran dan menerima arus kas masuk dan merumuskan langkah-langkah. Model ini terdiri dari 3 elemen yaitu :
1.Periode konversi persediaan (inventory conversion period) adalah rata-rata yang dibutuhkan untuk mengkonversi bahan baku menjadi barang jadi dan kemudian menjual barang tersebut. Dari data perhitungan yang telah kami buat dapat disimpulkan bahwa rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk mengkonversi bahan baku menjadi barang jadi hingga barang terjual pada tahun 2004 adalah 55 hari. Pada tahun 2005 perusahaan mengalami kemunduran dalam periode konversi persediaan. Hal ini dapat terlihat dari kenaikan periode menjadi 73 hari dari 55 hari. Namun pada tahun 2006 dan 2007 perusahaan mengalami kemajuan dengan semakin pendek periode konversi persediaan.
2.Periode penerimaan piutang (receivables conversion period) adalah rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk mengkonversi piutang perusahaan menjadi kas yaitu untuk menerima kas setelah terjadi penjualan. Berdasarkan data perusahaan dapat dilihat bahwa pada tahun 2004, periode penerimaan piutang selama 1207 hari dan pada tahun 2005 mengalami kemunduran dengan periode penerimaan piutang selama 1370 hari. dan 2007 mengalami kemunduran dengan periode penerimaan piutang selama 1110 hari. Pada tahun 2006 perusahaan mengalami kemajuan dengan dengan makin pendek periode penerimaan piutang sebesar 1093 hari. Semakin singkat periode penerimaan piutang maka semakin kecil pula nominal cash conversion cycle yang berarti semakin besar pula dana yang dapat digunakan untuk mendanai biaya operasional perusahaan yang pada akhirnya dapat mengulangi kembali siklus ini.
3.Periode penanggguhan utang (payables deferral method) adalah rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk membeli bahan baku dan pembayaran tenaga kerja. Dilihat dari data yang kita peroleh maka dapat kita simpulkan bahwa pada tahun 2004 periode penagguhan utang selama 76 hari dan pada tahun 2005 bertambah menjadi 98 hari. Pada tahun 2006 perusahaan mengalami penurunan sehingga menjadi 47 hari. Pada tahun 2007, periode penangguhan utang selama 56 hari. Semakin besar periode penangguhan utang maka semakin baik bagi perusahaan sehingga periode penangguhan dari tahun 2004-2007, paling baik pada tahun 2007.
CCC yang terbaik pada tahun 2007 selama 1106 hari karena semakin kecil CCC maka semakin baik perusahaan tersebut. Tujuan perusahaan adalah mempersingkat siklus konversi kas secepat mungkin tanpa mengganggu operasi. Semakin tinggi CCC maka akan semakin tinggi biaya pendanaan eksternal. Siklus konversi kas atau CCC dapat dipersingkat dengan cara :
1.Mengurangi periode konversi persediaan dengan memproses dan menjual barang secara lebih cepat.
2.Mengurangi periode penerimaan piutang dengan mempercepat penagihan.
3.Memperpanjang periode penangguhan utang dengan memperlambat pembayaran yang dilakukan.
Sepanjang tindakan-tindakan tersebut dapat dilakukan tanpa memperbesar biaya atau menekan penjualan maka sebaiknya dilakukan oleh perusahaan.

MODAL KERJA (Working Capital Management)

Modal kerja terdiri atas 4 komponen yang ada pada aktiva-aktiva jangka pendek yaitu berupa kas, sekuritas, persediaan, dan utang. Aktiva lancar dibutuhkan untuk menjalankan bisnis dan semakin besar kepemilikan atas aktiva lancar maka semakin kecil perusahaan menghadapi bahaya kekurangan aktiva tersebut sehingga semakin rendah risiko operasinya. Akan tetapi, memiliki modal kerja membutuhkan biaya. Jika persediaan terlalu besar maka perusahaan akan memiliki aktiva yang menghasilkan pengembalian nol atau bahkan negative jika biaya penyimpanan dan kerusakannya tinggi. Dan perusahaan harus mendapatkan modal untuk membeli aktiva seperti persediaan yang membutuhkan biaya. Kebijakan modal kerja mengacu kepada keputusan-keputusan yang berkaitan dengan aktiva lancar dan pendanaannya.
Berdasarkan data perhitungan, maka dapat disimpulkan bahwa modal kerja terbanyak pada tahun 2007 yaitu sebesar Rp. 4.195.126.042.000 dan modal kerja terendah pada tahun 2004 sebesar Rp. 576.830.913.000.

KESIMPULAN

Perusahaan pada umumnya mengikuti sebuah siklus dimana perusahaan membeli persediaan , menjual barang dagangan secara kredit, dan kemudian menagihkan piutangnya. Siklus ini disebut dengan siklus konversi kas yang berfokus pada rentang waktu yang terjadi ketika perusahaan menerima pembayaran dan menerima arus kas masuk. Siklus konversi kas terdiri dari 3 elemen yaitu periode konversi persediaan, periode penerimaan piutang, dan periode penangguhan utang. Kebijakan modal kerja yang baik dirancang untuk meminimalkan waktu di antara pengeluaran kas untuk bahan baku dan penagihan kas dari penjualan yang disebut dengan CCC (Cash Conversion Cycle).
Pada PT Bakrie n Brother, kita dapat melihat bahwa periode konversi persediaan dari tahun 2004-2007 dapat kita simpulkan bahwa paling baik pada tahun 2007 selama 3,03 tahun. Periode penerimaan piutang paling baik pada tahun 2004 selama 3,25 tahun dan periode penangguhan utang paling baik pada tahun 2007 selama 3,03. CCC semakin baik bila waktunya semakin pendek sehingga kita bisa memperlama periode penangguhan utang sebagai pengurang dari CCC. CCC yang terbaik pada tahun 2007 yaitu selama 3,03 tahun.
Tujuan perusahaan adalah mempersingkat siklus CCC untuk meningkatkan laba karena semakin lama siklus CCC maka akan semakin tinggi kebutuhan pendanaan eksternal dan semakin besar biaya yang dibutuhkan. Maka dapat disimpulkan bahwa PT Bakrie n brother membutuhkan rata-rata waktu 1000 hari.
Manajemen modal kerja berkaitan dengan manajemen aktiva lancar, kas, piutang dan persediaan dan prosedur pendanaan aktiva tersebut. Perusahaan dituntut untuk selalu mengelola modal kerja dengan baik untuk dapat meraih laba sesuai target. Perusahaan harus menjaga biaya persediaan agar tetap rendah namun perusahaan harus mencari cara untuk memperlancar arus persediaan dan memaksimalkan rasio perputarannya. Manajemen dengan manajemen modal kerja yang baik dapat mengangkat harga saham. Dapat dilihat bahwa Bakrie n Brother Tbk memiliki jumlah modal kerja terbanyak pada tahun 2007 yaitu sebesar Rp4.195.126.042.000,00 dan jumlah modal kerja terendah pada tahun 2004 sebesar Rp. 576.830.913.000,00.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar